Apa arti onggok tubuh
tanpa jiwa dan berlalat?
terhampar telanjar
dekat runtuhan puing
di plataran rumah
yg sempat megah
dan jadi tanda keagungan
rumahmu lambang kebanggaanmu
mana putra dan kerabat tersohor
mana istri, sang kekasih dunia hiasan gading yg kau dandani menor
atau sang sephia, sahabat khianatmu
tak lagi dapat kau rengkuh
dg tangan yg tak lagi utuh
tak lagi dapat kau cumbu
dg mulut lembam, membiru
kerumunan itukah?
isak tangis itukah?
airmata itukah?
jeritan itukah?
tak usah katakan
tak patut makian
tak layak penyesalan
pada jalan yg telah ditentukan
pada amanat yg kau abaikan
pada makna yg kau tinggalkan
Tinggallah tubuh, tanpa bentuk
milik siapa?
kau tak kan paham
Kapan?
Kenapa?
Semua tak akan berjawab
Tak dapat lagi kau sapa
tak perlu lagi kata-kata
dg lidah yg beku
dan kehilangan kelincahannya
masihkah tajam menyayat?
Padamu lalat
Kabarkan untaian tobat
Rengkuh aku dalam hidanganmu
dan doa makanmu
kidungkan sesalku pada mazmur pujianmu
biar ku tebus
dan kupunguti kembali makna tersisa
pengisi mangkuk mungilku
tuk bekal pulang dan cerita di sana.
(6 April 2005)
(Dari makna dibalik sudut-sudut bencana)
No comments:
Post a Comment