Wednesday, September 2, 2009

Aku, Lalat, dan Tobat

Apa arti onggok tubuh
tanpa jiwa dan berlalat?
       terhampar telanjar
       dekat runtuhan puing
di plataran rumah
       yg sempat megah
       dan jadi tanda keagungan
rumahmu lambang kebanggaanmu

mana putra dan kerabat tersohor
mana istri, sang kekasih dunia hiasan gading yg kau dandani menor
atau sang sephia, sahabat khianatmu
       tak lagi dapat kau rengkuh
       dg tangan yg tak lagi utuh
       tak lagi dapat kau cumbu
       dg mulut lembam, membiru

kerumunan itukah?
isak tangis itukah?
airmata itukah?
jeritan itukah?
       tak usah katakan
       tak patut makian
       tak layak penyesalan
       pada jalan yg telah ditentukan
       pada amanat yg kau abaikan
       pada makna yg kau tinggalkan

Tinggallah tubuh, tanpa bentuk
milik siapa?
kau tak kan paham
Kapan?
Kenapa?
Semua tak akan berjawab

Tak dapat lagi kau sapa
tak perlu lagi kata-kata
dg lidah yg beku
dan kehilangan kelincahannya
masihkah tajam menyayat?

Padamu lalat
Kabarkan untaian tobat
Rengkuh aku dalam hidanganmu
dan doa makanmu
kidungkan sesalku pada mazmur pujianmu
biar ku tebus
dan kupunguti kembali makna tersisa
pengisi mangkuk mungilku
tuk bekal pulang dan cerita di sana.

(6 April 2005)
(Dari makna dibalik sudut-sudut bencana)

No comments: