Aku lupa kapan terakhir
Mama menimangku
kelembutan “modom”
menyentuh telingaku
usapan cinta
menyapu hatiku
jeritan kekhawatiran
mengisi jiwaku
doa-doa terindah
adalah bekalku
Aku rindu Mama
aku kangen cubitannya
aku impikan celotehnya
mengisi malamku yg panjang tanpa cahaya
menyapu belukar
yg telah mengurung semua
Ada yg hilang dalam rangkaian kata
Ada yg lepas dalam lantunan nada
Ada yg tercecer dalam roncean bunga
Ada yg tertukar dalam bait doa
Ada yg sumbang
Ada yg minir
Ada yg nyinyir
Ada yg keliru
Ada banyak sela mengaga
Dimana aku mencari
Ada kepingan teka-teki
dengan petunjuk misteri
dengan apa ku rangkai
Bukan tubuh yg lumpuh sudah
Bukan keindahan yg telah ternoda
Bukan cinta yg kehilangan cahaya
Bukan doa yg anyep hampa
Bukan lagu yg gagal bernada
jiwa yg tak berjiwa
tak kenal diri yg hilang diri
jiwa hilang ruh
dan diri yg lupa
Hingga cinta berlabur dusta
Hingga hidup taman belukar
Hingga lagu bernada sumbang
Hingga doa penuh cacian
Hingga aku hilang pusat
Aku rindu Mama
aku kangen cubitannya
aku impikan celotehnya
belaian
kangen
kurindu bau keteknya
keringat cinta yang ada sejak awal mula
menghalau mimpi hitam
di tengah malam
keringat doa yang berucap tanpa meminta
menemani jiwa yang mencari
keringat rindu yang tak berpupus
mengisi buntelan bekal
Aku akan kembali.
‚tuk kecup kening tuanya
No comments:
Post a Comment