Aku lahir dan hidup
di bumi asing tanpa doa dan cinta
tanpa senyum tanpa canda
tanpa nyanyian
apalagi belaian mesra
Ayah; bahasa yang kupinjam dari mereka
adalah recehan yang tercecer tak sengaja
dari manusia yang mungkin lalai dan lupa
Ibu; kata yang kudengar dari mulut-mulut mungil dengan mesra
adalah belaian lembut angin yang sarat debu
Dongengku, kodok, jangkrik,
dan ilalang yang setia
Laguku, derak-derai gemerisik dedaun
dan bambu
Saudara, kaukah itu semua ................
Hidupku tanpa sapa dan salam
kalau toh ada, ada dengan tatapan misteri
yang mencari sela untuk berbelas kasih
Aku tak butuh itu?
bahkan tak kukenalnya.
Salahkan siapa?
Bumi tak mengandung begitu saja
dan memuntahkan anak manusia
Di bumi mana aku terlahir
hingga aku kehilangan semua
mana doa
mana cinta
mana canda
nyanyian, cerita,
dan belaian nan mesra untukku
Salahkah siapa?
Jalan berliku
Liku dan berliku-liku
............... jalan yang kutempuh dan tapaki
jalan yang kusetubuhi setiap hari
melarang ku keras, bersuara keras dan bertanya
............... Salahkah aku?
............... salahkah tanya?
.........................................
Jalan berliku
Alam membawaku jauh
lebih jauh dan semakin jauh
dan keadilan Tuhan nyata masih ada
.................. dan ini bukan salah siapa-siapa
senyum, canda, cerita; makna
sapaan, belaian, nyanyian; makna
angin, debu, ilalang; makna
kodok, jangkrik, bambu, makna
ada dan telah ada
hadir dan senantiasa menemani
khusus, unik, dalam bentuknya yang berbeda
sapalah ... peluklah
... itu milikmu ...
Jalan berliku ....
Ini hadiah terindah
bagian sempurna
yang diambil dari yang sempurna
dan tetap menyisakan yang sempurna
Jalan berliku ....
Saatnya tersenyum dan
kembali melangkah ...
Tuhan tidak mati
Ia setia dan nyata
(menjelang Nyepi 21 Maret 2004)
No comments:
Post a Comment