Ini jalan, perjalanan panjang
ini langkah, langkah kaki tapaki bumi
ini batu, batu-batu penjuru
ini kerikil, kerikil pengingat jiwa
dan kau, kaukah kawan perjalanan?
dan aku, akukah pemilik jalan-jalan itu?
Ataukah hanya debu, selimut tanpa kawan
sendiri
Ataukah angin, angin tanpa penjuru,
Berhembus tanpa cerita.
Ataukah hanya gincu, deo, pupur
yang menempel sekedarnya
dempul celah yang tak rata
pewangi yang tanpa aroma
mereka menyebutnya
topeng penutup bopeng
Sementara,
Jalan tetaplah jalan
berjalan dan hanya berjalan
jalannya banyak berliku
berkelok, melenggok kadang menggoda
Wahai, pengelana sudah ada dimana jiwa?
wahai, kau kawankah kaukah itu?
kau butuh dia, dia pun sama
dia perlu kau, kau pun sama
Wahai, pengelana sudah sampaikah jiwa?
dia ada bukan karena kau
kau ada, ada tetap dalam kerangka rencana
begitu juga dia
Dia ada, ada bawa jiwa
Dia ada, ada bawa satu warna
Kau bawa juga
Dan aku, ada padaku
Biar kugambar jalanku,
Biar kulukis batu dan runcing kerikil
Biar kuhimpun debu
Kunyanyikan dalam iringan langkahku
Kubentuk penjuru ke tempat tertuju
Begitu juga dengan kau
Jalanku memang berliku
Berkelok dan melenggok
Jalan-jalan yang selalu kurindu
Terimakasih, hadir kau di sini
Mari himpun batu penjuru
kerikil-kerikil pengingat jiwa
Kau gambar jalanmu dekat sisi jalanku
kadang perlu sedikit debu ...
kadang perlu sedikit gincu
kadang perlu ... (kau tau itu) ... sedikit jiwa
biarlah begitu adanya.
Wahai kelana, masuk dan bawa jiwa serta
ini jalanmu,
ini jalanku, tepat di sisi jalanmu
beri salam dia, tanpa dia
jiwa tetap kembara
kembara tanpa cinta
Sendiri.
No comments:
Post a Comment