Ini barisan meliuk-liuk tidak beraturan, tidak simetris namun yang pasti formasi yang terbentuk sungguh unik. Meski tak dapat disebut harmonis tapi seluruh barisan ini mengikuti alur yang sama. Bergerak dan menuju ke depan. Kadang terbata-bata. Tapi tak jarang melesat demikian cepat sehingga yang tergambar semburat garis-garis putih jika terekam lewat kertas-kertas Polaroid yang instan itu. Atau kanvas para pelukis. Dari sini aku belajar ketakberaturan yang berirama. Ketidakberaturan terlihat sebagai sebuah gerak yang dinamis. Dan irama menyiratkan gerak di dalamnya. Ketidakberaturan yang tertangkap dinamis menjadi fenomena yang terbentuk dengan begitu bebas seturut alur yang terus mengalir; bergerak. Bergerak menjadi keharusan, karena tanpa adanya pergerakan maka barisan kehilangan keharmonisannya. Maka jadilah ketidakberaturan sebagai kekacauan. Di dalamnya tidak ada alur yang tertuju ke depan. Yang ada hanya banyaknya benturan dan kerusakan. Sementara itu di tengah kepenatan barisan yang tak beraturan ini selalu tersedia ruang, ini kusebut sebagai jeda. Meski sedikit namun keberadaannya sangat berarti di antara kepadatan yang melelahkan dan mendominasi nyaris seluruh perjalanan. Setidaknya ini adalah saat yang baik untuk menghela nafas, melihat sekitar, dan bertanya. Adakah yang tertinggal? Sampai dimana perjalanan? Atau apakah kepadatan ini telah membiusku dalam alurnya dan menyesatkan kaki menuju ke arah yang keliru? Atau aku telah terjebak di tengah-tengah kekacauan sementara aku tidak menyadarinya, bahkan tak jarang aku membelanya? Dan diujungnya terhenti sambil mengeluh. Tak dapat lagi merasakan keindahan yang sederhana dan remeh-temeh? Aliran nafas yang membahagiakan. Indahnya bunga yang baru mekar dan kupu-kupu yang menari mengitarinya. Sungguh jika demikian jadilah aku manusia yang hilang sebelum sampai pada tujuan.
(Ini yang sempat aku rekam dalam penggal perjalanan dalam kemacetan yang melelahkan. Ciledug).
( 7th February 2007)
No comments:
Post a Comment