(sebuah rekaman perjalanan)
Ini kelok kesembilan,
dan perhentian melambai
menggoda di ujung sana
Kelok terberat.
Yang lalu berlalu di belakang
lewat mulus
berlalu begitu saja
Entah beban tambah berat
atau aku hilang kesederhanaan
kelok ini sangat berat
1.
Dan aku mulai memaki batu
kenapa kerikil begitu tajam dan kejam
terompahku koyak dan tak lagi bersahabat
Aku hina jalan
yang memaksaku menunggu
mendaki dan berkelok
Kusumpahi debu dan angin
yang membawanya mengotori
peluh yang kering
berkerak asin
menyayat lipatan ketiakku
perih dan lecet
Dan mulutku mulai meracau
matahari perlihatkan taring dan cakarnya
mencabik kepala dan melelehkan isinya
cair bersama liur
yang menetes di kerah yang mulai kusam
dan usang
Tubuhku mulai menggigil
ngeri
nyeri
sesak
penuh
Tak ada lagi yang indah
yang dapat menghibur
tidak angin
tidak dedaunan
tidak matahari
tidak juga perjalananku
2.
Aku mulai letih dan berhenti memaki
mulut kehilangan buihnya
karena liurnya kering
keringat tak jadi menetes
juga air mata yang menggelayut
tak sempat tumpah
kakiku lunglai kehilangan tungkai
telapaknya melepuh
sejak awal kemarahan dan
kuhempas terompah yang semula setia
amarah yang kini letih
bersama tubuh dan menodai jiwa
kepahitan yang bersorak
kubiarkan berjingkat-jingkat dan
kepedihan menari sendiri
Dan
jiwa yang lepas
doa tanpa kata
pasrah tanpa prasangka
ikhlas tanpa dusta
bangunkan damai yang ceria
Terbang berlahan
berdendang bersama kupu-kupu
Membasuh dan menyerang kepahitan
Membelai dan menitipkan keteduhan
…..…dan……….
Gelap yang tidak lagi menakutkan
Hening yang merdu terdengar
Dan mata yang terpejam berkisah dalam & panjang
cahaya yang menyatu
3.
Aku takluk dan kalah
Saat terlena pada diri yang kukenal dan kupuja
pada jiwa-jiwa yang terlewati
pada senyuman yang terabaikan
pada tanda yang dibacakan
pada keindahan bunga di pinggir perjalanan
Aku tertidur
lelap mendekap bumi
memeluk diri
telungkup rapat
sendiri bersama sempurna-Nya
dan hadiah terindah
yang mulai ku mengerti
kudekap sesobek perca langka
yang tercecer tanpa bentuk
yang kini mulai terajut
erat.
No comments:
Post a Comment